Pertumbuhan Ekonomi Sumut pada Kuartal

Pertumbuhan Ekonomi Sumut mencatat tren pemulihan ekonomi Sumatra Utara (Sumut) menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,97 persen year-on-year (yoy) pada triwulan III 2022. Angka ini menunjukkan peningkatan jika di bandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut, Doddy Zulverdi mengatakan konsumsi rumah tangga. Dan lapangan usaha pertanian menguasai pangsa terbesar dari sisi pengeluaran dan produksi.

Angka pertumbuhan triwulan

“Meskipun lebih rendah dari triwulan II 2021, namun angka pertumbuhan ini lebih tinggi dari triwulan II tahun 2022,” jelasnya dalam Bincang Bareng Media, Jumat

Doddy menyebutkan kinerja ekspor masih menjadi penggerak ekonomi utama Sumatra Utara. Hal ini juga turut di topang tetap kuatnya pertumbuhan domestik. Khususnya investasi sejalan dengan masih berlangsungnya akselerasi pembangunan berbagai proyek strategis.

“Sebagian besar sektor utama seperti perdagangan, industri dan transportasi juga mencatatkan akselerasi,” tambahnya.

Seperti di ketahui, kata Doddy, Sumut menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sumatra pada triwulan III 2022. Provinsi Sumut memberi andil terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatra sebesar 1,14 persen.

“Ini meningkat jika di bandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,12 persen,” tuturnya.

Doddy menambahkan secara bulanan, Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 5 kota di Sumut yang mengalami deflasi sebesar -0,51 persen (mtm), berbalik arah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,00 persen (mtm).

Harga komoditas

“Sumber deflasi terutama berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil deflasi sebesar -0,57 persen (mtm) yang didorong oleh penurunan harga komoditas cabai merah, daging ayam ras, telur, cabai rawit, dan tomat,” katanya.

Doddy juga memperkirakan pada bulan November 2022, inflasi Sumut secara bulanan akan lebih tinggi di bandingkan bulan sebelumnya. Perkiraan peningkatan curah hujan dan sifat hujan berpotensi mengganggu produksi beberapa komoditas pangan dan perikanan.

“Disamping potensi bencana dan cuaca buruk yang menyebabkan ombak besar dan kelangkaan solar yang dapat menghambat nelayan untuk melaut,” tuturnya.

Selain itu, masih tingginya harga gabah dan berakhirnya masa panen beberapa komoditas hortikultura di bulan November 2022 di perkirakan turut menjadi faktor pendorong inflasi Sumut.

Doddy berharap melalui koordinasi TPIP maupun TPID Provinsi dan Kabupaten Kota dalam GNPIP. Percepatan realisasi alokasi anggaran pengendalian inflasi. Dan normalisasi kebijakan moneter BI dapat menjadi faktor penahan inflasi Sumut lebih tinggi pada periode November 2022.

“Normalisasi kebijakan moneter Bank Indonesia berupa peningkatan suku bunga dapat menghambat inflasi,” harapnya.