
Co-branding merupakan istilah yang umum di dunia marketing. Ini merupakan strategi pemasaran yang bisa memanfaatkan berbagai brand sebagai bagian dari afiliasi (kemitraan) atau aliansi bisnis. Bentuk kolaborasi antar brand ini sebenarnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, sudah ada beberapa contoh brand yang sukses melakukan strategi marketing ini. Apabila Anda tertarik untuk melakukannya, maka Anda pun perlu mempertimbangkan beberapa aspek terlebih dahulu.
Termasuk menyasar pangsa pasar yang lebih luas dan target pasar yang lebih beragam karena penggabungan dua brand yang berbeda. Selain itu, Anda juga perlu memperhitungkan anggaran atau biaya produksi dan pemasaran dalam proses product development maupun peningkatan sales growth. Dengan anggaran yang terstruktur, maka Anda bisa melakukan analisis manfaat dan keuntungan (CBA), memprediksi (forecast) perkembangan dan pertumbuhan bisnis di masa depan, serta merumuskan strategi business development dan marketing strategy yang lebih efektif kedepannya.
Melalui artikel berikut ini, kami akan mengajak Anda untuk mengulas co-branding beserta manfaat, kelebihan dan kekurangannya dalam bisnis.
Apa Itu Co–Branding?
Melansir dari Investopedia, co-branding adalah strategi yang bisa memanfaatkan berbagai brand sebagai bagian dari aliansi bisnis. Setiap brand yang berkolaborasi dalam aliansi tersebut akan menghasilkan brand yang menyatu dengan bantuan logo, value proposition, ataupun tagline yang spesial untuk menegaskan identitas dari brand tersebut. Sehingga meskipun berkolaborasi, brand tetap tidak akan kehilangan identitas maupun corporate branding masing-masing. Secara umum, kegiatan co-branding ini bisa menggabungkan dua atau lebih brand yang secara sepakat menyetujui untuk melakukan kolaborasi pada produk khusus. Misalnya berkolaborasi untuk menciptakan seasonal product untuk strategi seasonal marketing. Contohnya kolaborasi produk makanan dan bank lokal pada momen Natal.
Manfaat Menerapkan Co-Branding
Apa saja manfaat yang bisa perusahaan dapatkan saat berkolaborasi dengan brand lain? Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1. Meningkatkan Ekuitas Merek
Manfaat pertama adalah peningkatan brand equity atau ekuitas merek. Setiap brand yang berkolaborasi dengan brand lain pastinya ingin ekuitas mereka meningkat. Biasanya, salah satu brand yang bekerja sama sudah memiliki ekuitas merek yang tinggi. Ketika beberapa brand tersebut berkolaborasi untuk menghasilkan sebuah produk, maka tingkat kepercayaan terhadap brand (brand authority) juga akan turut meningkat. Nah, peningkatan brand authority ini akan memberikan efek positif pada meningkatkan brand equity, hingga dapat menjaring lead baru dan meningkatkan angka konversi.
2. Peningkatan Sales Growth
Pada dasarnya, semua kegiatan pemasaran atau strategi marketing bertujuan agar perusahaan mendapatkan keuntungan dan pendapatan (revenue bisnis) dengan peningkatan penjualan (sales growth). Ini pula lah yang nantinya akan Anda dapatkan jika perusahaan Anda berkolaborasi dengan brand lain dan melakukan co-branding. Peningkatan angka penjualan ini terjadi karena banyak hal. Antara lain karena pelanggan memang sudah setia terhadap suatu brand (brand loyalty) sehingga sangat bersemangat untuk membeli produk terbaru hasil co-branding, karena rasa penasaran dengan hasil kolaborasi antar brand, serta akibat emosional pelanggan yang terpengaruh akibat harga yang ditawarkan lebih murah. Dengan faktor-faktor tersebut, angka penjualan hasil co-branding bisa meningkat.
3. Peningkatan Brand Awareness dan Market Share
Manfaat selanjutnya dari kolaborasi antar brand adalah jangkauan pangsa pasar atau market share yang kian luas. Bukan tanpa alasan, hal ini karena co-branding juga akan membuat brand awareness atau kesadaran merek menjadi meningkat. Sebab sebagaimana tujuannya, kolaborasi ini berfungsi untuk memperkenalkan konsumen suatu brand pada brand lainnya. Sebagaimana kita tahu, setiap merek tentunya memiliki pelanggan loyal (customer loyalty) yang terus melakukan pembelian berulang. Sehingga dengan melakukan co-branding, pelanggan tersebut akan mengenal brand lainnya. Pelanggan yang pada awalnya belum mengenal produk lain pada akhirnya bisa mengenal produk tersebut. Sebagai hasilnya, maka jangkauan pasar atau pangsa pasar pun akan semakin luas.
4. Meningkatkan Keuntungan
Semua strategi bisnis tentunya bertujuan untuk mendapatkan profit atau keuntungan. Ini pula lah manfaat yang akan brand dapatkan apabila melakukan co-branding. Ini karena kolaborasi brand cenderung dapat meningkatkan buying power atau keinginan pembelian dari para konsumen. Sebab, setiap brand pasti mempunyai persentase konsumen dengan buying power yang tinggi. Misalnya, produk dari brand A mempunyai rata-rata konsumen sebesar 75% dan konsumen dengan tingkat buying power yang tinggi, yakni sebesar 25%. Kemudian produk dari brand B mempunyai konsumen rata-rata sebanyak 70% dan konsumen dengan buying power yang lebih tinggi lagi, yaitu 30%. Apabila keduanya melakukan kolaborasi, maka akan sangat mungkin untuk menghasilkan penjualan yang lebih dari 25% dan 30%. Ini berarti, akan terjadi peningkatan penjualan sebagai hasil dari meningkatnya daya beli konsumen. Peningkatan penjualan tersebut juga berarti peningkatan total keuntungan perusahaan.
Kelebihan Co-Branding
Melansir dari The Branding Journal, berikut adalah beberapa kelebihan yang akan brand dapatkan ketika melakukan co-branding.
- Menjaring lebih banyak calon pelanggan atau lead, sehingga brand akan memiliki peluang lebih besar untuk melakukan akuisisi (customer acquisition)
- Dapat meningkatkan brand recognition atau brand equity
- Membuka peluang kerja sama di masa depan, baik dengan brand yang sama maupun brand lainnya
- Mampu menghemat biaya produksi (cost of goods) maupun pengeluaran untuk strategi promosi
Kekurangan Co-Branding
Kendati mempunyai banyak kelebihan, jenis kolaborasi ini tetap mempunyai kekurangan. Berikut ini adalah beberapa kekurangan yang bisa terjadi saat Anda melakukan co-branding:
- Brand image yang sebelumnya sudah terbentuk akan berbenturan dan berisiko membuat meningkatnya angka customer churn rate
- Segmentasi dan target pasar yang sebelumnya sudah perusahaan petakan menjadi kurang jelas
- Tidak semua kolaborasi brand memberikan hasil yang menguntungkan dari segi penjualan
- Risiko gagal produk dalam proses product development apabila tidak melakukan riset market, market orientation, dan menerapkan product insights yang matang
- Kegagalan ini bisa menyebabkan pengeluaran total biaya (total fixed cost) yang lebih besar
Contoh Produk Co-Branding yang Berhasil
Setelah memahami apa itu co-branding beserta manfaat, kelebihan dan kekurangannya, berikut ini adalah contoh brand yang pernah melakukan kolaborasi :
Chitato X Indomie Goreng
Kolaborasi dari kedua produk makanan ini sempat viral dan menuai banyak sekali atensi dari pelanggan. Sebagaimana yang kita tahu, baik Chitato maupun Indomie Goreng sendiri sebenarnya sudah memiliki banyak penggemar setia dan jangkauan pangsa pasar yang luas. Sehingga tak mengherankan apabila strategi co-branding kedua brand ini pun menuai sukses besar. Selain itu, gabungan pada kedua rasa makanan dari brand ini tentunya akan membuat setiap penggemarnya menjadi sangat penasaran. Oleh karena itu, tidak heran bila produk ini langsung mendapatkan antusiasme saat product launch.
Oreo X Supreme
Contoh yang kedua ini berasal dari industri yang berbeda, namun sukses mencuri perhatian publik. Bahkan bukan hanya para pecinta makanan saja, tapi juga para pecinta produk fashion. Terutama para pecinta produk Supreme. Kolaborasi oreo dan supreme ini dijual secara terbatas dengan harga yang tentunya lebih mahal ketimbang produk oreo biasaya. Hal ini karena target pasarnya sudah berbeda, mengingat Supreme merupakan salah satu brand fashion ternama dengan label high end. Sehingga wajar apabila satu bungkus produk oreo X supreme dengan isi tiga keping dijual dengan harga 1,5 juta rupiah.