BEI Sumut Bagi Tips Mulai Saham Untuk Gen Z

BEI Sumut Populasi penduduk usia Gen Z mendominasi di Indonesia. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk usia 10-24 tahun berjumlah 68 juta atau 27,94 persen pada Desember 2021.

Menariknya, Gen Z mampu beradaptasi dengan teknologi ketimbang generasi sebelumnya. Sehingga tak jarang Gen Z ini membantu generasi sebelumnya untuk pengaplikasian teknologi.

Bursa Efek Indonesia

Dalam hal ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan bahwa Gen Z lebih cenderung memprioritaskan cara mencapai kekayaan. Hal ini berkaitan dengan mayoritas Gen Z yang sudah semakin terbuka dan secara bertahap mulai meningkatkan literasi finansial.

“Investasi saham di pasar modal menjadi pilihan yang menarik bagi mereka. Karena investasi saham dapat di lakukan secara online, sehingga dapat di lakukan di manapun dan kapanpun. Oleh sebab itu, Gen Z akan dengan cepat mempelajari cara berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Diikuti dengan memperhatikan aspek 3P yaitu Paham, Punya, Pantau,” ungkap Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumut Pintor Nasution, Senin (28/11/2022).

Di katakan Pintor, investor perlu untuk memahami tujuan investasi termasuk dengan kondisi keuangan pribadi sebelum memulai investasi.

“Investor perlu memahami bahwa setiap investasi mengandung keuntungan dan risiko. Oleh karena itu, penting bagi seorang investor untuk mengetahui profil risiko masing-masing. Apakah dia tergolong sebagai investor yang agresif, yang artinya investor sanggup menanggung risiko fluktuasi harga dalam jangka waktu pendek, serta tidak mudah panik jika investasi sahamnya suatu waktu mengalami penurunan atau depresiasi,” jelas Pintor.

Investor

Selanjutnya, Pintor juga menjelaskan bahwa investor tipe moderat hanya bisa mengalokasikan sebagian dana investasinya pada instrumen saham. Sementara jika investor tersebut adalah individu yang konservatif, porsi instrumen saham cenderung lebih sedikit di bandingkan instrumen lain seperti reksa dana, obligasi, surat utang negara (SUN) dan deposito yang tergolong instrumen dengan risiko yang lebih rendah.

Langkah selanjutnya, Investor mempunyai rekening investasi di perusahaan sekuritas yang di awasi oleh OJK. Serta sudah memiliki pilihan instrumen investasi yang telah di pilih sebelumnya.

“Setelah menjadi nasabah perusahaan sekuritas, maka investor akan di ajarkan cara bertransaksi secara online menggunakan fasilitas sistem perdagangan milik perusahaan sekuritas tempat investor memiliki rekening efek. Lalu, investor bisa mempelajari kinerja perusahaan-perusahaan yang sahamnya di perjualbelikan di BEI,” kata Pintor.

Dalam hal ini, Pintor mengingatkan investor untuk dapat terus memantau portofolio investasi secara berkala, serta terus mempelajari informasi, berita perkembangan dan kinerja dari perusahaan yang berkaitan dengan produk investasi yang telah dipilih.

Terakhir, Pintor juga menyebutkan bahwa investor perlu melakukan di versifikasi saham untuk meminimalkan risiko.

“Sesuai pepatah investasi yang mengatakan, “jangan simpan telurmu dalam satu keranjang”, artinya jangan simpan semua uangmu pada satu jenis saham. Karena jika keranjang tersebut terjatuh, maka semua telur akan pecah, yang berarti jika saham yang kamu beli mengalami penurunan harga, semua uangmu akan terkoreksi nilainya,” pungkasnya.